Minggu, 29 Oktober 2017

The Reason, Palembang So Amazing..

DAY TWO, 22 OCTOBER 2017

TRIP PERDANA PALEMBANG #1 BACKPACKER JAKARTA

Prolog ; Saya terbangun dengan bahagia, ada bunda Fadlun ada ka Ikha dan orang - orang yang memenuhi Subuh juga mereka yang masih menikmati alam mimpi, suara air menandai sebagian lain tengah mandi.. bahagia sesederhana itu.. mendapati bangun tidak sendirian.. ^^

MET PAGIII.. YUKS SARAPAN BERSAMA GAGAHNYA GOR SRIWIJAYA

Masih edisi kulineran pagi ini pun tidak melewati sarapan yang khasnya masakan Sumatera Selatan, kali ini saya akhirnya bertemu nasi.. nasi uduk dan nasi kuning saya bisa mendapatinya di Jakarta kapanpun jadi saya memilih nasi Minyak .. ya mungkin di Jakarta terdengar nasi Goreng tapi nasi minyak disini menggunakan olahan dengan kismis dan minyak zaitun.. sehat banget yaa heee ditemani telur rebus, bihun bening, dan orek tempe saya menikmati sampai habis.. 

Ohya ada satu Pempek lagi yang dimasak dengan di panggang tapi sayang perutnya gak cukup jadi gak nyobain deh hee
Nah, meski gerimis mengundang tak mengurangi semangat kami tuk menjejakkan kaki di tempat fenomenal (versi saya) ini, Bangunan ini adalah Gelora Sriwijaya alias GOR nya Palembang, atau Stadion Jakabaring yang menunjukkan domisili stadion. perhatikan bentuk atapnya, lengkungan tersebut memiliki arti kejayaan Kerajaan Sriwijaya sebagai wilayah Maritim oleh sebab itu disimbolkan dengan perahu yang melengkung.

Untuk yang gemar bermain bola tentu gak asing dengan Sriwijaya FC, markas besarnya ini bukan saja menjadi Stadion Olahraga dengan multifungsi terbesar ketiga di Indonesia tapi juga diakui bertaraf International lho..uwoww..

Dinamakan Sriwijaya karena sesuai dengan kejayaan dari daerahnya di Abad ke 7 dimana kemasyurannya sebagai kerajaan besar di pulau Sumatera sebelum berganti era menjadi negeri kesultanan.

Awalnya kenapa dibangun Stadion besar ini adalah karena Palembang terpilih sebagai pengadaaan PON XVI untuk 02 September 2004 nah mau bertanding dimana jika tak ada GOR? maka ketika itu 01 Januari 2001 dibangunlah GOR ini..

Karena pembangunannya yang gak tanggung-tanggung itulah GOR ini dipercaya untuk diselenggarakan Piala Asian 2007, kemudian menjadi Stadion pembukaan dan penutupan acara SEA Games 2011, kelak 18 Agustus 2018 mendampingi DKI Jakarta akan diselenggarakan Asian Games.

Wuuiihh prestasinya keren kann ..

Setelah ini kami melanjutkan perjalanan kami, CP kami bilang dibelakang GOR ini kami akan disuguhi danau yang airnya bening sekali.. bener ajaa ketika melewatinya dari jauh terpancar bersihnya gak tampak satu sampah pun seperti air putih dalam gelas aja.. he jangan disamakan dengan danau Jakarta yaa saya malah teringat tempat penangkaran tambak udang ketika menuju Pantai Lumbung, Jawa Timur.. sayang transportasi kami terlampau mengejar waktu sehingga gambar pun selalu tertangkap blurr..
Tampak depan
Siapakah Laksamana asal Negeri Tirai Bambu Cheng Ho hingga namanya menjadi teladan dan dijadikan nama masjid ini? sebelumnya yuks kepoin dasar pendirian Masjid ini.. 
Alhamdulillah terpenuhi satu hajat mengunjungi Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho, dimana dibangun 27 November 2004, yang diselenggarkan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Koordinator Wilayah (Korwil) Sumatera Selatan, yang terinspirasi Masjid Muhammad Cheng Ho di Surabaya (semoga bisa kesana), atas hibah tanah Gubernur Sumatera Selatan Ir. Syahrial Oesman, MM. seluas 4990 m2 dengan bangunan berukuran 20 x 20 m, memiliki dua menara yang bermakna Hablum Minallah (Hubungan dengan Allah) dan Hablum Minannas (Hubungan dengan manusia), tiap menara setinggi 5 lantai yang bermakna 5 waktu shalat wajib dengan ketinggian 17 m yaitu dari 5 waktu shalat wajib tersebut bila dijumlah ada 17 rakaat. 
Tampak belakang
Mengunjungi Masjid ini, kentara sekali bahwa dahulu hidup rukun antara masyarakat Tionghoa dengan kebudayaan Palembang, karena di Masjid ini bukan hanya warna dan ornamen etnik Tionghoa yang mendominasi juga terdapat ornamen tanduk kambing yang menjadi ciri khas Kota Palembang lainnya. Toilet dan tempat wudhu (seperti di Darut Tauhid hehee) berdampingan seluas 4x4 meter.
Bagian Dalam
Diberi nama Muhammad Cheng Ho adalah sebagai teladan dari perwakilan sosok etnis Tionghoa yang dalam pelayarannya ketika singgah di Indonesia dan salah satunya kerajaan Sriwijaya, pada Abad ke 15, beliau bukan hanya berdagang sebagai utusan kerajaan tapi juga penyambung Sillaturahmi antar kedua Negara pun pula dalam rangka berdakwah..So, bukan hanya pedagang dari negeri Arab yang membuat Islam mempesona Negeri Palembang tapi juga dari pengaruh akhlaq Laksamana Cheng Ho.



Samping Masjid





Tionghoa memiliki banyak bangsa salah satunya adalah bangsa Hui yang merupakan asal Laksamana Cheng Ho, bangsa Hui adalah bangsa muslimnya Tionghoa dengan perawakan yang sama dengan bangsa Han. berkat pelayarannya yang tersohor di Era nya dia adalah salah satu Laksamana yang navigator peta kelautannya menjadi acuan sampai abad ke 15 bukan saja rute tapi juga lengkap dengan pelabuhan apa saja yang disinggahi. 
Gazebo untuk Bedug
Nah, begitulah Biografi singkat beliau kalo kepo bisa kalian Google tapi jika sangat tertarik bisa mengunjungi (setengah lengkap) di Museum Bahari lantai 2, Yang berada di Kota juga di lantai 2 Museum Hakka, Taman Mini Indonesia Indah dan jika mau yang lengkap banget ada di Museum Cheng Ho yang letaknya disamping Museum Hakka.

Kembali ke Masjid, beralamat di Jl Letjen Bambang Utoyo, Sriwijaya, Masjid ini juga memiliki rumah Tahfidz lhoo yaitu rumah yang diperuntukan pengkhususan dalam penghafalan kitab suci Al-Quran.. 


Tidak menyia-nyiakan waktu, sebagian dari kami juga tidak mau melewatkan kesempatan untuk beribadah di tempat ini, Dhuha.. Insya Allah jadi perjalanan yang berkah karena tidak melewatkan Shalat baik wajib maupun berkesempatan Sunnah.. Yukz kita lanjutkan ke Destinasi berikutnya yang tak kalah menarik.
MENJELANG SIANG.. SISA KAMPUNG KAPITAN, PEMUKIMAN TIONGHOA

Salah satu Rumah Tua  di Kampung Kapitan
Seperti yang kita ketahui Palembang memiliki tiga kebudayaan yang berdampingan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya, yang di paparkan di Museum Balaputera Dewa, Melayu, Tionghoa dan Arab.. Nah setelah kemarin kita melewati kedua Destinasi itu, Siang ini  kami berkunjung ke Kampung Kapitan, Kampungnya masyarakat Tionghoa pada Abad 18, Menurut guide kami, yang menjaga Rumah Abu, Kampung Kapitan adalah area seluas 20 Ha yang diberikan kolonial Belanda atas kerjasama perdagangan dengan warga Tionghoa di Palembang saat Palembang dijajah Belanda.

Kampung kapitan terletak di 7 Ulu bertepian dengan Sungai Musi yang ketika memasuki Gerbangnya kita cukup melangkah sejauh 50 meter, kami memasuki dua rumah dari sisa peninggalan kampung Kapitan di Abad ke -18, Rumah itu kini hampir tak terawat dan barang peninggalan yang masih ada adalah Altar Sembahyang diruang tengah, Foto-foto keluarga di ruang utama dan Guci besar berisi Dupa setinggi badan saya heehe .. Rumah yang berusia +- 400 tahun itu, dengan ukuran asli 22 x 25 meter, dahulunya selain kediaman Kapitan juga digunakan sebagai tempat pertemuan dan pesta, menurut guide selain rumah Abu yang kami singgahi (disebut rumah abu karena digunakan untuk sembahyang) mengampit disampingnya rumah yang sedang direnovasi dan rumah di seberangnya yang sudah tak tampak aslinya selebihnya di area kampung kapitan ada 15 bangunan (dahulu...).
So Siapakah itu si Tuan Kapitan penguasa kampung ini? Namanya Tjoa Ham Hin yang menjabat 1855, meneruskan Ayahnya Mayor Tjoa Kie Cuan. Jadi itu.. China mengirimkan kepala perwakilan dagang salah satunya di Palembang, jabatan dari kepala ini turun menurun, kenapa akhirnya kampung ini diberi nama kapitan karena beliau yang terakhir mengepalai pada saat masa kolonial Belanda.
sumber ; sekilas baca buku-buka yang menjadi makalah, skripsi dan selembaran yang dipajang di meja dimana diatas meja itu ada peta perkembangan Kampung Kapitan dari tahun ke tahun. 

Hari menjelang siang, disini kami membunuh waktu yang panas dan panjangnya perjalanan dengan selfie konyol dan tawa, sumpah demi apapun ini trip ketiga yang lepas banget gak pake jaim dimanapun dan bagaimanapun hehe..



LOST IN MASJID AGUNG PALEMBANG

Destinasi berikutnya adalah Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat) namun saya memilih dengan ke-tujuh putri lainnya hee menghilang ke Masjid Agung Palembang guna menunaikan Dzuhur kami, jangan khawatir, masjid itu berseberangan dengan Monpera. namun berhati-hati yaa jika menyebrang di Kota ini karena gak sepeka di Jakarta wakkak.. Nah sambil menunggu mereka Shalat saya yang telah selesai mengelilingi Masjid (Naluri Kevoh).

Masjid Agung Palembang atau Masjid Sultan Mahmud Baharuddin I (Pendiri) merupakan masjid yang dalam kurun waktu lama di masa silam (mungkin sebelum Istiqlal dibangun kali yaa..) paling besar yaitu 15400 meter, beralamat di 19 Ilir lokasinya juga tidak jauh dari Keraton Tengkuruk yang sekarang Museum Sultan Mahmud Baharuddin, juga di tengah pemukiman Palembang dan Arab. seperti halnya Benteng Kuto Besak, bangunan awal Masjid ini juga atas campuran warga Tionghoa yang bermukim di Palembang, oleh sebab itu ada 3 gaya Arsitektur disini, Palembang dengan Tanduk Kambing yang menjadi ciri khas Palembang masa ke-Sultanan, China dari atap yang menyerupai klenteng (Ingat Masjid Cheng Ho?) dan Arab yaitu mimbar yang menyerupai Madinah.
Namun yang berbeda dari Masjid-Masjid lainnya adalah Atap diatas Atap (Mustaka) konon dari sumber-sumber yang saya baca ketika Sultan Mahmud Baharuddin I membangunnya berbentuk bujur sangkar lalu ketika Sultan Mahmud Baharuddin II melanjutkan dengan penambahan menaranya adalah saat perang dingin dengan Belanda hingga selesai di 1825. Nah, Masjid yang sekarang adalah hasil renovasi dari tahun 2000 - 2003 oleh Megawati Soekarno Putri yang saat itu menjabat sebagai Presiden, mungkin disinilah Gerbang bercorak Eropa ikut mewarnai.

Melalui masjid ini, pahamlah saya kenapa menjadi Masjid terbesar dimasa silam Masjid Agung di Jakarta kecuali Istiqlal yaa lewat .. setidaknya ada 4 ruangan besar saya lalui, satu tempat pria untuk shalat yang aktif, satu ruang kosong tapi pintu terbuka, satu ruang kosong dengan pintu tertutup dan satu ruangan tempat saya shalat dimana terbagi dua perempuan di depan dan ada shaf pria di belakang, yang ini aneh hehe.. kebanyakan mereka berisitirahat disana tapi ada juga yang menggunakannya untuk menunaikan Shalat. sempat saya juga berpikir "jika Hari Raya Idul Fitri, Satu warga Palembang nyanggup ini pada shalat Ied, Subhanallah" lalu satu panggilan masuk di Ponsel, pertanda mereka selesai saya pun bergegas menghampiri mereka.

PALEMBANG BERJUANG...
MONPERA (MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT)


Setidaknya ada dua perang besar dalam mempertahankan Palembang dari bangsa Belanda, Yakni ketika masa Sultan Mahmud Baharuddin II (Perang Mutinghe = Menteng) dan Perang 5 hari 5 malam (harga diri mempertahankan kemerdekaan  tanggal 01 - 05 Januari 1947). Ada tiga hal yang membuat Palembang Istimewa dari bagian Sumatera lainnya : Militer, Pasukannya kuat dan 60% pasukan Sumatera itu di Palembang, Politik, jika Palembang pasukannya takluk maka Belanda beranggapan takluklah Sumatera, Ekonomi, Hasil Bumi Palembang yang kaya antara lain rempah, penyulingan Minyak, dan Karet. 

Perang Mutinghe (Menteng)

Dinamakan demikian karena Mutinghe adalah perwakilan Belanda di masa keSultanan, Ambisinya untuk menguasai Palembang harus berakhir kekalahan hingga pergi ke Batavia namun, dari kepulangan inilah memicu serangan balasan kepada Sultan namun pasukan Sultan sangat kuat, tercatat ada tiga kali pergantian pimpinan dari Belanda untuk mentaklukkan kekuatan Sultan Mahmud Baharuddin II sampai akhirnya kekalahannya karena Belanda licik dalam menyerang, di hari minggu dimana Belanda tidak akan menyerang subuh ketika mereka sahur diserang dari sanalah Sultan Mahmud Baharuddin II serta keluarga naik kapal Belanda menuju Batavia lalu diasingkan ke Ternate.


Perang 5 Hari 5 Malam

Jujur, tidak pernah terbayang ketika ke Museum Satria Mandala Desember 2016 melewati Diorama Palembang akan benar-benar ke Monpera, Perang 5 hari 5 malam pada diorama itu secara detail dipaparkan di Monpera, Bangunan dengan pancasila itu terdiri dari 6 lantai dimana masing-masing lantainya berbentuk lingkaran yang luasnya tidak kurang dari 100 meter menaikinya seperti Pagoda tangganya disamping namun tengahnya bolong hingga dapat memandang lantai 1 dari lantai 6. Nah, Masing - masing lantai itulah dipajang profil dari pejuang-pejuang yang duduk menentukan Palembang. dari Insiden Provokasi Belanda dengan Blokade, tiba-tiba menembak sembarang hingga akhirnya  Bambang Utoyo, Dr. A.K. Gani, Drg M. Isa, H. Abdul Rozak, Hasan Kasim, H. Barlian, H. Harun Sohar berupaya mempertahankan dengan menyerang selama 5 hari 5 malam dari seberang ulu, Ilir Timur dan Ilir Barat, namun sayang Udara, Air, dan Darat yang tidak mumpuni akhirnya melakukan gencatan senjata dengan harapan mengulang strategi berikutnya.

Museum Sultan Mahmud Baharuddin II atau dahulunya Keraton Tengkuruk
Alhamdulillah, menjelang Sore berakhirnya City Tour kami, kesimpulannya dari saya, Palembang itu tidak lepas dari tiga peradaban : Kerajaan besar Sriwijaya, Masa Sultan Mahmud Baharuddin, dan masa perjuangan rakyat Palembang terhadap Belanda, Palembang juga menjadi warga yang ramah dan terbuka dengan adanya percampuran budaya karena masuknya Tionghoa (Legenda Pulau Kemaro, Kampung Kapitan dan Armada Laksamana Cheng Ho) juga Kampung Arab (Kuatnya agama Islam dari masa Sultan Mahmud Baharuddin I dengan Masjid Agung Palembang).

Setelah membeli oleh-oleh masing-masing kami pun berpisah ada yang extend, ada yang memang di Palembang, ada yang dari Jambi, ada yang lanjut trip lain, dan sisanya lekas menuju Bandara Sultan Mahmud Baharuddin, dan kembali ke Ibukota Jakarta tempat yang mempertemukan kami. Go Flight. 














Rabu, 25 Oktober 2017

Sejuta Kesan di Palembang

ProLog PALEMBANG TRIP BACKPACKER JAKARTA #1

KUN FAYAKUN, Pernahkah anda membaca apabila Allah berkehendak tiada satupun makhluk yang sanggup menghalang? Inilah Keajaiban pada trip saya kali ini, ketika di Infokan Trip Palembang, jujur ada rasa gamau kehilangan sebab banyak tempat menarik yang sayang dilewatkan, mulai dari Museum, Masjid Cheng Ho, hingga GOR Sriwijaya yang menjadi tempat diselenggarakannya Asian Games 2018 pun keberadaan Palembang sendiri adalah Sejarah dengan berbagai destinasi dan kulinernya. Namun apalah daya realitas hidup membuat Ticket Pesawat lebih sayang hehee.. tapi seorang kawan dengan antusias menyemati di Grup untuk lekas mendaftar, akhirnya via jalur pribadi saya mengungkapkan kejujuran ya daripada jadi trip maksa waakaka, Alhamdulillah saya terkejut saat dia berkata "gampang ada CC gua, lekas daftar sana nanti keburu full" setahu saya yang menggampangkan urusan keuangan ada dua tipe manusia pertama orang kaya kedua orang hatinya kaya, Finally kuturuti saja, apa susahnya sih coba percaya? tahu-tahu ticket ditangan aja.. guna mengamankan Trip, saya pun membayar ShareCost -nya. jadi teringat ucapan teman kecil "kalo Jodoh ada aja kemudahannya, tahu-tahu jadi .. aja" ^o^

Biasanya saya sangat takut jika pergi sendirian, Trip Palembang memiliki Meeting Point di Bandara Sultan Mahmng beud Badaruddin II, Palembang pukul 08.00 WIB, Demi kelancaran rencana saya menggunakan Damri dari Gambir ke Bandara Soekarno Hatta, Pasca dari kantor, ajaib gada takutnya naik Bis sendirian, eh ada rahasianya karena ada teman - teman Gengs yang menemani chat sampai tiba di tujuan jadi lupa kan jika perjalanan "sendirian" wkwk.. menunggu tiba check in pukul 03.00 WIB dini hari saya melaksanakan ibadah di Bandara demi kebahagiaan yang hakiki selama Trip hehee.. akhirnya tiba jugalah waktu yang dinanti bersama Lusia dari RT 28 dan sepasang suami isteri yang berasal dari Cikarang, kami pun Flight.. dan Masya Allah tidak terjadi setiap pagi saya berkesempatan melihat Sunrise secantik hari itu 21 Oktober 2017 kesampean merasakan awan dibawah saya (tanpa harus nanjak) Allah mah bisa aja bikin bersyukurnya dan dari pemandangan itu juga saya paham kenapa sebelum Jagad Raya Bumi memiliki 7 lapis.. pagi itu artinya saya berada di lapis pertama..

DAY ONE. SATURDAY 21 OCTOBER 2017

LANDING.... AT SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II AIRPORT

Selamat Pagii.. Setelah melalui 30 Menit di Udara tibalah saya disana, Kejutan berikutnya adalah cerita ka Lusia tentang perkenalannya dengan wanita asal Palembang dari Media Sosial Instagram mereka Kopdar bersama kami, dan kami pun dibawakan sarapan khas Palembang "Mie Celor" Alhamdulillah berasa tamu gitu.. Adakah yang ingat bahwa salah satu Adab Tuan Rumah adalah menjamu Tamu, She did it very well!

And here we are... +-25 Orang kami berkumpul, kami sepakat mengenakan warna merah di hari Sabtu sebagai kesan dari "Semangat" . Ohya ini tips pribadi dari saya untuk memprediski apakah Trip kamu bakal bahagia, biasa atau tidak, perhatikan chat jika orang-orangnya santai thats point, jika CP Netral juga point dan jika bertemu SKSD nambah point hehhee selain itu mah #abaikan.. biar melindungi dari Baper Trip :D

Ulurkan tangan dan senyum "Lani.." ^.^

SATU.. MUSEUM BALAPUTERA DEWA

Sebelum menyusuri destinasi ke destinasi perut adalah alat vital pertama yang wajib diamankan, beruntung perutnya dimanjakan dengan kuliner asal Palembang "Mie Celor" Mie nya lebih besar dari Mie Aceh dan bumbunya mirip sayur lontong dan sayur lodeh hehe enak deh ditemani Telur yang direbus.. (sstt hanya di Palembang akhirnya saya mencoba telur rebus).

Model : Lusia RT 28 Backpacker Jakarta Community
Museum dengan luas sekitar 23.565 m2 Memiliki ruang Melayu dan 4 ruangan dimana taman berada di tengahnya dengan 3 ruang pamer utama dan 1 ruangan aula untuk pernikahan, disamping itu kita disambut oleh bidadari Museum Palembang yang menggunakan baju adat setempat, aura Museum terasa ketika 5 Arca di tengah antara lorong menuju ruang pamer. Dinamakan Balaputera Dewa karena Palembang  dari Zaman peradaban sebelum Manusia modern -itu sebab banyak ditemukan Arca pada Museum ini- lalu Kerajaan Sriwijaya yang termasyur sampai era kesultanan Palembang lalu era kolonial Belanda hingga sekarang, Sejarah Kotanya panjang yaa? tercatat 3000 lebih koleksi Museum disini.

 RUMAH LIMAS, RUMAH ADAT PALEMBANG  



Kami beruntung dalam menyusuri museum diberi kesempatan "bertamu" isi dari Rumah Sumatera Selatan ini, Rumah yang menjadi bagian dari belakang Museum Balaputera Dewa juga Rumah yang menjadi ikon dari pecahan 10.000 mata uang Rupiah ini menurut Guide berdiri dari tahun 1830 dan memiliki luas +- 400 - 1000 meter, disebut juga rumah kuno dan konon memakai kayu pasak yang apabila berpindah maka bentuknya pun tak berbeda tinggal buka tutup kayu dan pasak. 

DUA.. BAY'T ALQURAN TERBESAR DI NUSANTARA


Ketika memasuki kawasan Pondok Pesantren Al-Ihsaniyah, bayangan saya adalah melihat wujud Kitab Suci berbentuk buku pada umumnya dengan ukuran yang bombastis nyatanya saya dibuat terkejut dengan lempengan-lempengan raksasa setinggi 5 lantai, tentunya saya menghitung mana mungkin 30 Juz? Namun, pertanyaan itu terjawab ketika memasuki dibalik lempengan muka itu ada puluhan lempengan dengan ukuran yang sama tentunya semua berjumlah 630 halaman atau 315 lempengan yang terbuat dari kayu Tembesu, tebal 2,5 cm, ukuran 177cm x 140 cm itu menjawab keraguan saya. lempengan pertama dibuat 15 Maret 2002 yang selesai 2009 lalu dipajang selama 2 tahun di Masjid Agung Palembang dan akhirnya 30 Januari 2012 diresmikan di PonPes oleh Presiden saat itu Susilo Bambang Yudhoyono.

TIGA.. KULINER TIME...


Saya rasa yang membuat trip ini Antusias adalah cara CP mengajak member yang sangat meyakinkan dan sebagai warga asli dengan ditemani teman seperjuangan akademisnya dahulu menjadi perjalanan tanpa keraguan, saya termasuk yang sulit mencoba sesuatu yang baru tapi pada trip kali ini saya mencicipi dengan antusias, ya mungkin karena Mela RT 7 nya Backpacker Jakarta yang bersedia sepiring berdua kali ada ngaruh hehee. Ternyata di Kota asalnya Pempek banyak Jenisnya.. ini yang saya ingat : 

10 Biji @Rp.1000,- Awalnya saya agak gak percaya masih ada makanan 1000 perak? disini ada. hee.. Masya Allah, tidak langsung dimakan, berhubung banyak jenisnya lebih langsung dikepoin, nah diantara yang nyangkut di kepala adalah Pempek Ketes (dalam bahasa Palembang ketes artinya pepaya, ketika kamu memakannya barulah paham bahwa isinya pepaya muda) , Pempek Tahu, Pempek Telur, Pempek Kulit, Pempek Keriting, Pempek Lenjer (dalam bahasa Palembang artinya panjang karena bentuknya yang panjang sedangkan umumnya bulat), Pempek Adaan (Pempek kecil).

Pempek yang satu ini menggoda banget ketika memasuki tempat makannya, karena wangi telurnya dan cara nya membakar bikin berselera akhirnya saya menambahkannya ke menu kuliner hee satu porsi Rp. 10.000,- dengan 6 Potong, percayalah enak dan kenyang. namanya Pempek Lenggang terbuat dari Telur yang dibakar ada juga yang di Panggang yang ini belum mencicipi.


Nah, ini dia Pempek paling drama dan dibutuhkan sampai semalam sepagian untuk memahaminya hheee.. namanya Pempek Model, pertanyaan saya hanya satu kenapa hanya dia aja yang dikuah? bertanya pada karyawannya jawaban satu : karena Pempek model dimakannya dengan kuah. tidak merasa puas akhirnya bertanya pada CP kakoi tapi ditengah dia menjelaskan terganggu tugas. barulah malamnya dalam perjalanan kembali ke Homestay dijelaskan dan dijelaskan kembali oleh temannya juga keesokan harinya.. baik yah? Bahwa pempek ini diberi kuah adalah karena pada dasarnya pempek terbuat dari ikan. tidak semua lidah menyukai rasa ikan oleh sebab itu diberi terigu dan diberi kuah. harusnya saya mencicipi juga yaa biar gak penasaran tanya-tanya tapi apalah perut puas dengan pempek lain ^o^

EMPAT.. MASJID AGUNG PALEMBANG


Untuk mengetahui lebih banyak terpaksa saya menghilang sejenak, Punteun yaak hee,, ketika saya mengelilingi Masjid Agung ini ada empat ruangan terpisah namun menurut salah satu penjaga penitipan sendal ada dua ruangan mungkin yang dimaksud ikhwan dan ahwatnya, uniknya satu ruangan yang menjadi tempat ibadah saya wanita berada di shaf depan pria di belakang tapi setelah ditelusuri mereka (pria) hanya beristirahat saja dan sedikit yang shalat, memiliki tiga Arsitektur campuran yakni Indonesia, Eropa dan China. didirikan di Abad - 18 oleh Sultan Mahmud Badaruddin yang kemudian diresmikan oleh Megawati Soekarno Putri setelah renovasi selesai tahun 2003.

LIMA.. KEBANGGAAN PALEMBANG

Setelah perut kami aman kami pun melanjutkan City Tour kami, melewati Kantor Walikota Sumatera Selatan hari itu sangat cerah, juga melewati Kodam tentara gitu hhee.. belok ke kiri kami melewati  :

Foto take by : Fadlun Backpacker Jakarta
Benteng Kuto Besak   

Kini ditempati Kodam Sriwijaya, bangunan ini memakan waktu sampai 17 tahun pendiriannya dari 1780, dan diresmikan menempatinya 1797, Sultan Mahmud Badaruddin I dan diteruskan  Sultan Mahmud Badaruddin II, dimana menjadi tempat tinggal yang menandai peran sebagai Sultan dari Kuto Lamo ke Kuto Besak, berdiri megah dihadapan Sungai Musi. 




Tugu Lido

Jika Jakarta memiliki Monas, di Sumatera Selatan memiliki Ikan Belido/Lopis/Belida/Ikan Pipih. Bang Waluyo bercerita dahulu kala Sungai Musi masih bening, Ikan yang memiliki tubuh seperti punggung pisau ini banyak ditemukan karena memang habitat aslinya disini, ikan inilah yang dahulu menjadi sumber mata pencaharian untuk dijadikan kerupuk (kemplang) Palembang sebelum akhirnya diganti Tenggiri, dan jadi bahan dasar Pempek tentunya.


 ENAM ... MUSI.... SUNGAI SERASA LAUT...

Menjelang Sore kami menuju Pulau Kemaro, dengan menyewa dua Perahu dan menyisiri Sungai Musi, yang mana nanti dalam perjalanannya kita akan paham kenapa warna Sungai begitu pekat seolah dilarutkan teh celup.. karena ada begitu banyak pabrik yang kami lewati, dan mungkin ini juga sebabnya tak lagi subur ikan Belido.. duh tiba-tiba kepikiran mereka tuh pindah kemana yaaa.. jika kini sedang dibudidayakan di Kalimantan kuat sekali semangat hidup mereka, berenang hingga ke Kalimantan T.T 
Isi Bensin dulu....
Ah Sudahlah... kembali ke Sungai Musi, Sungai terpanjang ke Enam di Indonesia dan terpanjang kedua di Sumatera, Sungai yang memiliki panjang 750km ini bermuara di Kepahiang, Bengkulu dan Hilir di Timur Sumatera Daerah Sungsang. menikmati perjalanannya kami disuguhi banyak pemandangan menarik mulai dari kapal yang dipakai berdagang, Pom isi Bensin yang mengapung, masjid yang mengapung, Kampung Arab, Kapal besar (bahkan ada yang dari Tanjung Priok, Jakarta) hingga Kapal Tongkang dan Pasar Ilir yang menurut kaka CP adalah tempat membeli oleh-oleh murah, semacam Tanah Abangnya Jakarta. 
Kampung Arab, Take Pic By : Faizin
TUJUH, ...PULAU KEMARO

Nah, Tibalah kita di Pulau Kemaro yang apabila dari Jauh beberapa menit sebelum sampai akan tampak Paghoda yang agung, kenapa Pulau ini menjadi salah satu Destinasi yang wajib dikunjungi?

pintu masuk pulau
Pada Salah satu cerita rakyat yang terkenal di Indonesia, kisah cinta yang terjadi di Pulau ini menjadi fenomenal dan dapat dibaca juga di Museum Bahari lantai dua.

Seperti yang kita ketahui di Era Kerajaan Sriwijaya berjaya, banyak terjadi perniagaan negeri asing masuk ke wilayah Sumatera. Raja Sriwijaya memiliki putri yang canti bernama Siti Fatimah, dan Suatu hari kerajaan Sriwijaya kedatangan tamu asing dari negeri China yakni Pangeran Tan Bun Ann yang awal kedatangannya adalah berdagang.
Namun terpautnya hati Pangeran pada cinta Siti Fatimah membawa keberanian Tan Bun Ann untuk melamar putri Raja, dengan Syarat 9 Guji Emas Ia pun menyanggupinya.

Hari yang dinanti tiba pergilah Raja Sriwijaya serta putrinya serta dayang setia ke Dermaga Sungai Musi ketika kapal pengangkut 9 Guci itu didatangkan dari China.
Klenteng Kuan Im 1962


Dengan pertimbangan keamanan dari perompak di Lautan, 9 Guci berisi emas itu disamarkan dengan Sayur yang telah layu, mengetahui hal ini Pangeran merasa dipermalukan di hadapan Raja Sriwijaya lalu membuang Guci-Guci itu ke Sungai Musi, namun ketika membuang salah satu Guci tersandung kaki Tan Bun Ann dan pecahlah Guci itu yang menampakkan keberadaan Emas batangan sebagai Syarat lamaran kepada Siti Fatimah. 
Depan Klenteng Kuan Im sebagai makam Tan Bun Ann dan Siti Fatimah

Menyesali itu, terjunlah Tan Bun Ann bersama dayang setianya untuk mengambil Guci tersebut, namun tak jua nampak kembali, Siti Fatimah sebagai pasangan setia menyusul terjun ke Sungai Musi bersama dayangnya untuk mencari Tan Bun Ann namun sebelum pergi dia berkata "Jika kalian melihat setumpuk tanah itulah kuburanku, lalu dia dan dayangnya pun terjun dan tak nampak kembali jua....
Paghoda 9 lantai dibangun 2006

Nah seiring waktu berlalu tanah yang menumpuk itu menjadi terus bertumpuk dan menjadi satu kepulauan kecil, disebutnya Pulau Kemaro (Kemarau) karena meskipun air sungai Musi naik, Pulau ini tidak pernah tergenang air.

setelah puas eksplore Pulau legendaris ini, kami pun menikmati es kelapa muda yang mengembalikan energi kami untuk bermalam mingguan di Area Tugu Lido dan tidak melewatkan Jembatan Ampera di malam hari

Untuk mengusir lelah sepanjang perjalanan kami banyak melakukan sesi foto, karena moment itu berharga, beruntungnya kita hidup dimana bisa mengabadikan hari dalam bidikan kamera.... siapapun hheee




DELAPAN,, MALAM MINGGU BERSAMA...

Tidak jauh dari Tugu Lido, disekililing kita akan serasa di Kota Tua-nya Jakarta karena bukan hanya keramaian penduduk sekitar yang menjadi tempat berlibur, juga pedagang baik makanan dan mainan yang menarik kita juga menemukan warung pempek yang disajikan menggunakan perahu.

Dan sembari menanti Eksotiknya Jembatan Ampera di malam hari kami pun menikmati Sunset nan cantik di Bumi Sriwijaya



Jembatan Ampera , dibangun tahun 1957 atas gagasan zaman kolonial Belanda tahun 1906, memiliki panjang 1000 meter lebih, tinggi 63 meter dan lebar 22 meter dimana luasnya itu mampu mencakup 4 laju jalur kendaraan. Jembatan yang menghubungkan Ulu dan Ilir ini dahulu dirancang mampu membelah agar Kapal besar melewatinya namun butuh 30 menit untuk terbuka penuh dan menggunakan dua bandul seberat 500 ton.. luar biasahh.
Jembatan Ampera, dahulu memiliki nama Jembatan Musi mengingat keberadaannya sebagai penghubung dua wilayah yang terpisah Sungai Musi. kemudian sempat memiliki nama Jembatan Bung Karno sebagai wujud penghormatas atas terealisasinya pembangunan jembatan ini. lalu berubah menjadi Ampera ( Amanat Penderitaan Rakyat ) yang merupakan Slogan atas perjuangan pemimpin untuk membangun rakyat dari keterbelakangan ekonomi dan budaya selama ratusan tahun dijajah, juga sebagai penghindaran atas Anti Soekarno dimana kala itu kondisi politik negeri sedang rumit.

Kini Jembatan Ampera semakin meremajakan dirinya, bukan saja gagah di siang hari namun juga manis di malam hari.. ibarat Pria gagah di luaran dan manis ketika pulang ke rumah .. eh heee

Kuy sebelum bermimpi indah tentang hari ini, kami diajak kaka CP mencoba Martabak HAR yang menurutnya wajib dicoba sebagai salah satu kuliner di Palembang, Martabak ini terbuat dari kulit lumpia, diselimuti telur dan berisi kentang.. yang membuat istimewa adalah kuah kari nya yang mejadi ciri khas Sumatera..

Nah lezat bukan?

Namun perjalanan menuju Martabak HAR adalah paling berkesan, seperti napak tilas kami mengikuti arah langkah kaka Cepe tanpa disadari bahwa jalan yang kamu lalui adalah tengah jalan banget pantesan banyak klakson hahaa, uniknya kami baru menyadari setelah sampai di ujung jalan disanalah kami menertawai diri kami sendiri.. hadehhh..

Nah, Setelah seharian City Tour kami pun bergantian Menyegarkan diri dengan mandi dan memenuhi Isya bagi yang melaksanakan.. sampai Esok menjelang.. Swwet Dream...









Minggu, 08 Oktober 2017

MENYUSURI JALAN VETERAN JAKARTA

OUD BATAVIA, SERI : RIJSWIJK ( JL VETERAN )


Batavia lama ( Oud dalam bahasa Belanda ; Old dalam bahasa Inggris ) sebelum abad ke-19 warga Belanda menepati Kota lama (Kota tua) karena lingkungan yang tak lagi sehat kawasan itu perlahan ditinggalkan dan mulai menuju Selatan Batavia. Salah satunya adalah kawasan Jalan Gajah Mada (Molenvliet), Jalan Majapahit (Rijswijkstraat), Jalan Juanda (Noordwijk) dan Jalan Veteran (Rijswijk). Jalan Veteran sendiri menjadi Elite dengan gaya Eropa sejak Sir Thomas Stamford Bingley Raffles bertempat tinggal disana tahun 1812 yang sebelumnya beliau tiba di Hindia - Belanda (Indonesia) tahun 1811sebagai Gubernur Jawa dan berada di Buitenzorg (Bogor) atas pengalihan kekuasaan Belanda kepada Inggris. Beliau menghancurkan rumah-rumah Tionghoa beserta toko-tokonya lalu membangun ulang kawasan tersebut.

Ketika menyusuri Jalan Veteran ini, dari Markas TNI AD ke Stasiun Juanda  terdapat 23 bangunan unik yang sebagian merenovasi sebagian pembaharuan warna dinding sebagian benar-benar terlihat berada di pertengahan abad 19. 

Yuks kita susuri bangunan - bangunan tersebut apa aja sih..

1. ASN  (Aneka Selera Nusantara)
  
Bangunan ini lebih ceria dari yang lain mungkin karena dekorasi yang sampai halaman terdapat banyak tanaman dan musik yang hingar bingar sampai membuat rekan saya hari ini, Ade Nita ingin dangdutan wakakkaa.. yapp meski bangunan ala interior Eropa konsep mah tetap Nusantara hehee.. Jadi pengen kuliner kapan-kapan.. eh.


2. Ayam Taliwang Khas NTB (Nusa Tenggara Barat)

Melewati bangunan yang hari ini tutup itu baca papannya aja bikin baper.. eh laper hhee duh beneran pengen kuliner.

3. Satu bangunan tertutup berwarna putih tanpa nama.. mungkin belum ada yang menyewa, minat?

4. Limkie Kopitiam ( Kedai Kopi )

Nah yang saya lewati ini lebih kekinian, Cafe dengan konsep yang awalnya berada di Malaysia atau Singapura dengan sajian Kopi atau minuman ringan lainnya dan makanan kecil seperti kentang goreng atau roti bakar.

5. Wong Palembang

Masakan khas nusantara selain NTB lainnya adalah Palembang seperti pindang dan tentunya pempek melewatinya membuat saya tidak sabar segera tiba di tanahnya tanggal 21-22 Oktober kelak bersama komunitas yang menjadi Jembatan akan tulisan saya lainnya.. Backpacker Jakarta

6. The Royal Panji Society

Entah ini komunitas atau resto haaha bangunan dua pintu ini unik dengan beberapa foto hitam putih dan warna dinding merah hitam sepertinya bangunannya sangat adem sampai ada 2 orang dewasa laki-laki dan satu anak kecil tertidur di hari yang panas ini hehee..


7. Satu bangunan yang dahuluya resto

Berikutnya cukup luas sayang tidak diizinkan masuk oleh kakek-kakek yang entah siapa saya dan rekan kepo banget ketika mengintip pintu yang terbuka satu ada interior eropa yang melengkung seperti berbahan bata, gambar disamping adalah kayu-kayu yang lama yang dibuang.. rekan saya berpendapat jika pemilik Museum Tengah Kebun bapak Syahjril Djalil tahu, dibeli kali kayunya .. hahaa saya malah berpikir gausah nunggu dia juga maunya sih kirim ke Museum Kayu di Kalimantan, tapi kejauhan wakakka.. bangunan sempat membuat rekan saya bolak balik karena terpancing Interior gaya Eropa barusan hahaa..


8. Indonesian Heritage Trust






Kali ini sayalah yang terpancing hahaa.. karena disamping pintu dan dindingnya keseluruhan terdapat foto hitam putih tentang bentuk Jakarta (batavia) pada masa pertengahan abad 19. Saya bahkan mengintip isi ruangannya dan tadinya berminat masuk untuk sekedar mengobrol tentang komunitas ini tapi saya dikunci ( jangan ditiru ; mengintip, ckckck ) menurut rekan saya tempat ini biasa untuk seminar para penyuka bangunan-bangunan gaya Eropa di Indonesia ada IG nya juga lho bisa di Follow @Indonesianheritagetrust.

9. Bangunan lagi-lagi tanpa nama

Meski tertutup, bangunan seluas 2 meter itu berisi buku yang bertumpuk wew.. jadi ingat rumah kawan bukunya menimbun, kali ini saya tidak mengintip tapi kacanya aja yang terbuka sedikit memperlihatkan aurat (isi / bentuk) bangunan tersebut hee.

10. Bangunan dengan dua pintu yang saya pikir tempat tinggal

Kenapa? karena ketika mengambil gambar kebetulan ada penghuninya kembali. bangunan ini satu-satunya versi saya yang minimalis tapi indah, mungkin karena cat yang segar dana bunga Bougenville sedang mekar hmm.. saya menyesal harusnya saya mengganggu penghuni tempat tinggal sekalian untuk mengetahui dalamnya ups cem detektive aja lama-lama hahhaa

11. Merdesa Kofie

Lagi-Lagi Cafe..!! yang ini gaya penulisannya unik karena biasanya kedai kopi dengan Coffie, Kopi, Kopitiam, cafe, ini Kofie ... Merdesa sendiri mengacu pada keberadaban. memiliki IG @merdesakoppie tapi ups bukan sembarang tempat kumpul, Merdesa Kofie memiliki konsep tempat rapat yang santai dengan sajian yang harganya merdesa.. dalam aneka rasa kopi.

12.  Veteran Coffe & Resto

Nah ini dia resto yang sesuai dengan nama jalannya hheee.. mungkin karena letaknya yang berada di tengah dari sepanjang Jalan Veteran.

13. Dapur Babah Elite

Bangunan yang satu ini agak berkelas dengan banyak patung batu era hindu dan mengingatkan pada resto loro djongrang, di kawasan Cikini eh bener aja seperti satu grup hhee

14. Jaringan Kota Pusaka Indonesia

Dengan Museum Pusaka yang berada di Taman Mini Indonesia Indah ada hubungannya gak yaa..



15. Bangunan dengan pintu kayu ini menjadi pemukiman dimana sekilas seperti rumah jika tak melihat keatas yang mengingatkan saya bahwa saya sedang menyusuri bangunan

16. Pujasera (Pusat Jajanan Serba Ada) Veteran

Bangunan lainnya agak membuat tertegun bagaimana tidak dengan luas 4 pintu tanpa nama berisi kanan kiri jajanan entah sate, minuman dingin dan yang pasti rami pengunjung..
mungkin dalamnya luas kali yaa..







17. Ragusa Es Italia

Inilah bangunan yang menjadi cikal bakal saya ingin menelusuri Jalan Veteran berikut "masa lalu" nya haha
dengan konsep Ice Krim dan minuman dingin tempat ini menjadi sangat populer dibangun sejak 1932. lalu dengan nama yang sangat Eropa bagaimana bisa yang menjual adalah keturunan Tionghoa?

Ragusa bersaudara berkebangsaan Italia, Luigie dan Vicenzo mereka datang ke Batavia guna belajar menjahit, saat lulus mereka pergi ke Bandung dan bertemu wanita Eropa yang memiliki perternakan sapi dan diberilah Ragusa bersaudara susu sapi yang banyak yang kemudian dimanfaatkan untuk membuat ice cream. Bandung menjadi pertama kalinya cikal bakal usaha es krim Ragusa karena akhirnya ternyata banyak peminat dibantu tiga saudara Ragusa lainnya dan Jo Giok Siang.

Nah salah satu Ragusa bersaudara yaitu Fransesco menikah dengan Putri teman menjahit Ragusa bersaudara tersebut Jo Giok Siang yang bernama Liliana. sehingga ketika mereka kembali ke Italia usaha tersebut diteruskan saudara Liliana, Ragusa bersaudara mencoba peruntungan Es krim tersebut pertama kali tahun 1932 meski sepi pengujung di periode kemerdekaan Indonesia karena warga negara Eropa yang kembali ke Tanah airnya kini, usaha tersebut semakin ramai berkat Suami - Isteri adik dari Liliana.

Tidak selalu Cafe dan kuliner bangunan berikutnya dengan lebih luas adalah usaha dalam bentuk lain salah satunya profesi seperti :


18. Respati & Widjaja Lawfirm
19. Melda's Boutique
20. PT. Wahgo International
21. Kenwood (Radio Komunikasi)
22. Bear & Co

Rijswijk ( Jalan Veteran ) sendiri dahulunya juga tempat berbagai bisnis dari orang Eropa khususnya perancis, Seperti Hotel, Toko Roti, Menjahit, Studio Foto dan lain sebagainya.

Nah .. Seru kan menyusuri Jalan yang seolah pergi ke Era awal abad 19. nantikan postingan lainnya yakkss Terimakasih telah membaca .. See U next..